Sabtu, 13 Januari 2018

Pentingnya Membangun Relasi

Pentingnya Membangun Jaringan

Beberapa waktu lalu, saya menemui seorang teman yang umurnya diatas saya. Beliau merupakan ketua demisioner pada tingkat daerah salah satu organisasi besar di Negeri ini. Berbagai pengalaman telah ia lalui sehingga ada banyak hal yang saya peroleh darinya.

Kami duduk bersama di salah satu warung kopi di Malang seraya berbincang banyak hal. Salah satu pembahasan yang kami perbincangkan adalah pentingnya membangun jaringan/link/relasi bagi setiap manusia termasuk mahasiswa. Pembahasan ini menjadi menarik, karena tidak sedikit mahasiswa yang menjumpai kesulitan ketika hendak menentukan arah hidupnya pasca ia mnjadi mahasiswa. Pertanyaan sederhana yang muncul tapi sulit dijawab adalah mau 'ngapain' setelah ini? Disinilah peran relasi/jaringan menjadi sangat penting.

Bagi mahasiswa yang menentukan arahnya pada dunia bisnis misalnya, ia dapat memanfaatkan jaringan yg dimiliki untuk mendukung bisnisnya. Paling tidak, dengan jaringan yang dimilikinya, ia memperoleh berbagai macam informasi tentang dunia bisnis.

Tentu membangun jaringan ini tidaklah mudah. Apa sebab? Karena untuk membangun jaringan yang baik, kita harus memiliki bekal kecerdasan emosional yang baik pula. Salah satu fungsi kecerdasan emosional adalah untuk memahami perasaan terdalam orang lain atau sering dikenal dengan kepekaan. Sehingga dengan modal kepekaan yang baik terhadap orang lain, akan muncul sikap saling empati. Oleh karena itu, ketika kita menjumpai kesulitan dalam menentukan arah hidup, maka orang lain akan membantu dengan senang hati.

Kemudian untuk memperoleh jaringan, kita bisa lakukan cara berikut. Pertama, kita terlibat aktif dalam sebuah organisasi, baik organisasi formal maupun non-formal. Karena di dalam organisasi terdapat banyak orang yang memiliki sifat dan latar belakang yang berbeda-beda. Kedua, berusahalah menjadi manusia yang luwes, tidak kaku, mudah berkomunikasi(komunikatif) dan tentu baik hati terhadap siapapun.

Kesimpulannya adalah meningkatkan kemampuan diri dalam aspek tertentu tidaklah cukup, harus diimbangi dengan adanya jaringan atau relasi yang baik. Sehingga, kemampuan yang dimiliki dapat tersalurkan dengan mudah.

Selamat Malam, jangan lupa bahagia.

Malang, 13 Januari 2018

Rabu, 20 September 2017

The power of legowo

Tulisan ini berawal dari sebuah permasalahan yakni terjadinya perselisihan manusia baik antara dirinya maupun dengan orang lain. Sebagaimana diketahui bahwa selain manusia sebagai makhluk individu, ia juga merupakan makhluk sosial. Manusia tdak akan bisa hidup sendiri, kemudian lepas dari makhluk di sekitarnya. Manusia akan terus bergantung pada orang lain. Dengan demikian, manusia akan melakukan interaksi dengan lingkungan sekitar dan tidak jarang muncul gesekan, kemudian terjadilah perselisihan atau perbedaan pendapat. Perselisihan dan perbedaan pandangan antar setiap manusia adalah sebuah keniscayaan dalam kehidupan ini. Akan tetapi persoalannya adalah perselisihan dan perbedaan pendapat itu sering kali mengkristal dalam diri, sehingga muncul sifat dendam, iri dengki, dan hasut, kemudian terjadilah sikap tidak saling menghargai, saling menjatuhkan dan lain sebagainya. Nah, pertanyaannya adalah mengapa hal ini bisa terjadi?dan bagaimna seharusnya bersikap?

Penulis ingin mengajak pembaca untuk sedikit memahami kutipan ayat al-quran sebgai bahan kontemplasi bersama atas kejadian tersebut, kemudian perlahan kita amalkan. Ayat ini tercantum dalam surat Ali Imron ayat 159 : فبما رحمة من الله لنت لهم ولو كنت فظا غليظ القلب لنفضوا من حولك واعف عنهم واستغفرلهم وشاورهم في الأمر فإذا عزمت فتوكل على الله إن الله يحب المتوكلين  Artinya "maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar. tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu maafkanlah mereka. mohonkanlah ampun bagi mereka. dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu membulatkan tekad, maka bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya"(QS. Ali Imron:159).

Jika penulis korelasikan antara ayat ini dengan permasalahan di atas maka dapat disimpulkan bahwa ada 3 point utama yang harus dilakukan ketika terjadi perselisihan pendapat. PERTAMA, memaafkan. Tidak ambil hati/tidak mudah Bawa perasaan(Baper). Baper sih boleh, asal tidak sampai berlarut-larut. Cobalah untuk melapangkan dada dengan menerima kebenaran orang lain dan mengakui kesalahan diri. KEDUA, memohonkan ampun untuk orang yg berselisih/bersitegang. Doakan mereka semoga dosa-dosanya diampuni dan diberi hidayah. Kemudian point KETIGA, bermusyawarah/berdialog/berkmpul bersama untuk mencari solusi atas setiap perkara/persoalan tanpa mengedepankan egosentris diri. Seperti pepatah mengatakan "segala sesuatu ada duduk perkaranya". 

Penulis meyakini, jika ketiga point ini dapat diterapkan ketika terjadi perselisihan, maka sifat dendam, iri dan dengki akan sirna, dan justru akan bertransformasi menjdi sebuah rasa cinta. Nah, dari ketiga point ini akan muncul, yang orang jawa katakan sebagai sikap legowo/lapang dada. 

Disisi lain, perselisihan itu terjadi kerena adanya sebuah kesalahan yg dilakukan. entah mungkin karena emosi yg tak terkontrol, atau sebab lainnya. Yang pasti, cegahlah untuk tidak melakukan kesalahan sekecil mungkin. Betul kata Pram "berfikirlah bijak sejak dalam pikiran", agar terhindar dari kesalahan2 dalam perbuatan. 

Besuki, 21 September 2017
Selamat Malam....
Wassalam

Sabtu, 22 Juli 2017

Akhir Puncak Kejayaan

di zaman era globalisasi ini, siapa yang tdak ingin memiliki puncak kejayaan, baik secara individu maupun kolektif?puncak kejayaan karier, eksistensi, harta, kecerdasan, popularitas, dan lain sebagiannya. sya kira setiap orang pasti memiliki keinginan tersebut, toh walaupun mungkin masih ada 1 diantara seribu orang yang tdak menginginkan itu. banyak contoh kasus semcam ini, dalam lingkup kampus/ universitas misalnya. tdak jarang ditemukan seorang mahasiswa, dosen, pegawai dan pejabat kampus yg ingin memiliki puncak kejayaannya, baik untuk dirinya maupun organisasi (kolektif) yg digelutinya. 
Akan tetapi, pertanyaannya adalah apakah setelah ia memasuki puncak kejayaannya lantas mmbawa kepada sebuah ketenangan hidup atau justru malah sebaliknya, yakni kegelisahan hidup?
nah, pertanyaan ini dijawab oleh KH. Saiq Aqil Siraj dalam ceramahnya di ponpes Sabilir Rosyad, Malang dalam acara halal bi halal, 22 Juli 2017. bliau mnyampaikn, mnurut teori orang barat, secara ilmu kejiwaan, bahwa ketika seseorang memasuki puncak kejayaannya, dimana tak ada orang lain yg dapat menandinginya, justru ia akan merasa sendirian, gelisah, dan tdak tenang. sehingga untuk mengobati kegelisahannya, ia menggunakan narkotika, sabu2, miras, dan obat2an lainnya yg dapat mmberikan ketenangan. contoh konkrit belakangan ini, yakni vokalis linkin park, chester bennington. ia meninggal bunuh diri, dikarenkan depresi dan pengaruh obat2an(silahkan cari sndri info lngkapnya). kalau kita mau bertanya, kurang apa sih dia?harta, popularitas, segalanya sudah ia peroleh. tapi, buktinya?ia mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.
kemudian beliau melanjutkan, hal ini berbeda dalam konsep Islam yg dikemukakan oleh Imam Ghozali, bahwa tatkala seseorang telah memasuki puncak kejayaannya, harusnya ia lebih tenang, muthmainnah. karena ia mampu lbih mendekatkan diri pada Tuhannya. 
Dari sini kita dapat mengetahui, bahwa betapa agama/keberTuhanan memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam kehidupan. semakin ajaran/nilai-nilai keagamaan yang anda yakini semakin kuat, maka hidup anda jauh akan lbih tenang dalam kondisi bagaimanapun. 
saya sungguh tertegun, ketika KH. Aqil Siraj mengatakan "saya melakukan ini (memperjuangkan NU, sehingga menjadi Ketum PBNU) tdak ada unsur kepentingan politik. saya tdak mau jadi capres, cawapres, dan lain2. umur saya sudah 64. kakak saya meninggal di umur 63. alhmdulillah sudah melewati kakak saya(sambil sedikit tertawa)saya ingin meninggal dalam keadaan tdak memiliki jabatan apapun. ingin husnul khotimah". sontak hati saya kaget. semoga beliau selalu diberi umur yang panjang dan barokah. 

Malang, 23 Juli 2017